Senin

MARXISME II

(Sumber: Dibawah Bendera Revolusi)

Meskipun musuh-musuhnya, diantaranya kaum anarkis, bersama-sama menyangkal jasa-jasanya Marx yang kita sebutkan diatas, meskipun sebelumnya pada Tahun 1825 Adolphe Blanqui dengan cara historis-materialistis telah mengatakan bahwa sejarah itu “menetapkan kejadian-kejadiannya” sedangkan ilmu ekonomi “menetapkan sebab apa kejadian-kejadian itu terjadi”. Meskipun teori meerwaarde itu sudah lebih dulu dilahirkan oleh para ilmuwan seperti Sismondi, Thompson, dan lainnya. Meskipun pula teori konsentrasi modal (Arbeidswaardekeer) itu terdapat beberapa kelemahan yang selalu mendapat kritik.

  • Meskipun begitu, maka tetap saja bahwa stelsel Karl Marx itu memiliki pengertian yang tidak kecil pada umumnya serta memiliki pengertian penting pada khususnya. Tetap saja bahwa teori-teori itu telah lebih dulu dilahirkan oleh ilmuwan lain, dirinya Marx-lah, yang walaupun dengan “bahasa” untuk ”kaum atasan” sangat sulit dimngerti, dengan terang benderang menguraikan teori itu untuk “kaum sengsara dan tertindas yang bodoh” itu dengan para pahlawannya, sehingga mengerti dengan jelas. Dengan mudahnya, sebagai sebuah persoalan “yang sudah semestinya begitu”, mereka lalu mengerti atas teorinya meerwaarde, lalu mengerti bahwa si majikan itu menjadi kaya karena ia tidak memberikan semua hasil pekerjaan padanya. Mereka kemudian memahami bahwa keadaan dan susunan ekonomilah yang menetapkan keadaan manusia tentang budi, akal, agama, dan lain sebagainya.
  • Bahwa manusia itu: erist was er iszt. Dan mereka menyadari bahwa kapitalisme itu pada akhirnya pastilah binasa, pastilah lenyap dan diganti oleh susunan pergaulan hidup yang lebih adil.
  • Bahwa “kaum bursuasi” itu tidak lebih dari menggali kubur bagi dirinya sendiri.

Begitulah teori-teorinya yang dalam dan berat itu merasuki hingga kedalam tulang sumsum kaum buruh di Eropa dan Amerika. Bukankah sebagai suatu hal yang ajaib, bahwa kepercayaan ini telah mempengaruhi jutaan hati sanubari dengan tidak satupun kekuasaan di planet ini yang dapat menahannya? Sebagai benih yang ditebarkan ke segala penjuru oleh hembusan angin dan tumbuh dimana ia jatuh, maka benih Marxisme ini telah berakar dan bersulur. Dimana-mana pula para kaum bursuasi bersama-sama menyiapkan diri dan berusaha membasmi tanam-tanaman “bahaya proletar” yang semakin lama kian subur.

Benih yang ditebarkan di Eropa itu, sebaian telah terbawa oleh topan zaman ke arah katulistiwa, menuju timur, hingga akhirnya jatuh dan tumbuh diantara bukit-bukit dan pegunungan yang tersebar di segenap “Kepulauan Sabuk Zamrud”, yang bernama Indonesia. Dengung nyanyian “internasionale”, yang dalam kesehariannya menggetarkan udara barat, begitu dahsyatnya hingga bergaung dan berkumandang di udara timur…….

baca selengkapnya....