Rabu

MARXISME I

(Sumber: Dibawah Bendera Revolusi)


Mendengar kata Marxisme, maka tampak sebagai suatu bayang-bayang di mata kita yang gambarnya berbondong-bondong kaum mudlarat dari segala bangsa dan negeri, pucat muka dan kurus badan, pakaian terkoyak-koyak. Tampak pada angan-angan kita dirinya pembela dan kampiun si mudlarat tadi, seorang ahli pikir yang ketetapan hatinya dan keinsafan akan tradisinya “mengingatkan kita pada dongeng-dongeng kuno Germania yang sakti dan tidak terkalahkan itu”, seorang manusia yang “geweldig” (hebat) yang dengan sesungguh-sungguhnya bernama ”grootmeester” (maha guru) pergerakan kaum buruh, yakni: HEINRICH KARL MARX.

Dari muda sampai pada wafatnya, manusia yang hebat ini tiada henti membela dan memberi penerangan pada si miskin, bagaimana mereka itu telah menjadi sengsara dan bagaimana mereka itu pasti akan mendapat kemenangan. Tiada kesal dan lelah ia berusaha dan bekerja untuk pembelaannya itu. Duduk diatas kursi, di meja tulisnya, begitulah ia dalam Tahun 1883 menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Seolah-olah mendengarlah kita dimana-mana bahwa semua negeri bersuara mendengung bagai guntur, ketika ia dalam Tahun 1847 menuliskan seruannya: “kaum buruh dari semua negeri, berkumpulah menjadi satu!!” Dan sesungguhnya! Sejarah dunia belum pernah menceritakan pendapat dari seorang manusia, yang begitu cepat masuknya dalam keyakinan satu golongan pergaulan hidup, sebagai pendapatnya juara kaum buruh ini. Dari puluhan menjadi ratusan, dari ratusan menjadi ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, jutaan…….begitulah jumlah pengikutnya selalu bertambah. Sebab, walaupun teori-teorinya adalah sangat sulit dan berat bagi kaum pandai dan terang pikiran, tetapi “amatlah ia mudah dimengerti oleh kaum yang tertindas dan sengsara: kaum melarat pikiran yang berkeluh kesah itu”.

Berlainan dengan sosialis-sosialis lain, yang mengira bahwa cita-cita mereka itu dapat tercapai dengan jalan persahabatan antara buruh dan majikan, berlainan dengan misalnya: Ferdinand Lassallef, yang teriakannya adalah sebagai teriakan perdamaian, maka Karl Marx, yang didalam tulisan-tulisannya tidak sekalipun kata asih atau kata cinta, membeberkan pula paham pertentangan golongan. “paham klassenstrijd”, dan mengajarkan pula bahwa lepasnya kaum buruh dari nasibnya itu, ialah oleh perlawanan versus damai terhadap kaum “bursuasi”, satu perlawanan yang tidak boleh tidak, harus terjadi oleh karena peraturan kapitalis itu sendiri.

Walaupun pembaca semua sedikit-banyak telah mengetahui apa yang telah diajarkan oleh Karl Marx itu, maka berguna pulalah jika kita disini mengingatkan bahwa jasanya ahli pikir ini ialah:

  • Marx mengajarkan suatu pelajaran gerakan pikiran yang bersandar pada perbendaan (Materialistische Dialectiek),
  • Marx membentangkan teori, bahwa harga barang adalah ditentukan oleh banyaknya kerja untuk membuat barang tersebut. Sehingga tenaga kerja ini adalah “Wertbildende Substanz”, dari barang-barang itu (arbeids-waarde-leer).
  • Marx membeberkan teori, bahwa hasil pekerjaan kaum buruh dalam pembuatan barang itu adalah lebih besar harganya daripada yang ia terima sebagai upah (meerwaarde),
  • Marx mengadakan suatu pelajaran sejarah yang berdasar pada perikebendaan, yang mengajarkan bahwa “bukan budi akal manusialah yang menentukan keadaan, sebaliknya, keadaan yang berhubungan dengan pergaulan hiduplah yang menentukan budi akal”(Materialistische Geschiedenisopvatting),
  • Marx mengadakan teori bahwa oleh karena “meerwaarde” itu dijadikan kapital pula, maka semakin lama kapital itu semakin besar (Kapitaalsaccumulatie). Sedang kapital-kapital yang lebih kecil bersama-sama menyatukan diri menjadi modal yang besar (Kapitaalscentralsatie). Dan bahwa, oleh karena persaingan, perusahaan-perusahaan kecil terdesak oleh perusahaan-perusahaan yang lebih besar, sampai pada titik dimana hanya terdapat beberapa perusahaan saja yang sangat besar (Kapitaalsconcentratie), dan
  • Marx mendirikan teori, yang dalam aturan permodalan ini, nasib kaum buruh semakin lama semakin tidak menyenangkan dan menimbulkan kecemburuan dan dendam yang semakin besar (Verelendungstheorie).

baca selengkapnya....

Senin

MARXISME II

(Sumber: Dibawah Bendera Revolusi)

Meskipun musuh-musuhnya, diantaranya kaum anarkis, bersama-sama menyangkal jasa-jasanya Marx yang kita sebutkan diatas, meskipun sebelumnya pada Tahun 1825 Adolphe Blanqui dengan cara historis-materialistis telah mengatakan bahwa sejarah itu “menetapkan kejadian-kejadiannya” sedangkan ilmu ekonomi “menetapkan sebab apa kejadian-kejadian itu terjadi”. Meskipun teori meerwaarde itu sudah lebih dulu dilahirkan oleh para ilmuwan seperti Sismondi, Thompson, dan lainnya. Meskipun pula teori konsentrasi modal (Arbeidswaardekeer) itu terdapat beberapa kelemahan yang selalu mendapat kritik.

  • Meskipun begitu, maka tetap saja bahwa stelsel Karl Marx itu memiliki pengertian yang tidak kecil pada umumnya serta memiliki pengertian penting pada khususnya. Tetap saja bahwa teori-teori itu telah lebih dulu dilahirkan oleh ilmuwan lain, dirinya Marx-lah, yang walaupun dengan “bahasa” untuk ”kaum atasan” sangat sulit dimngerti, dengan terang benderang menguraikan teori itu untuk “kaum sengsara dan tertindas yang bodoh” itu dengan para pahlawannya, sehingga mengerti dengan jelas. Dengan mudahnya, sebagai sebuah persoalan “yang sudah semestinya begitu”, mereka lalu mengerti atas teorinya meerwaarde, lalu mengerti bahwa si majikan itu menjadi kaya karena ia tidak memberikan semua hasil pekerjaan padanya. Mereka kemudian memahami bahwa keadaan dan susunan ekonomilah yang menetapkan keadaan manusia tentang budi, akal, agama, dan lain sebagainya.
  • Bahwa manusia itu: erist was er iszt. Dan mereka menyadari bahwa kapitalisme itu pada akhirnya pastilah binasa, pastilah lenyap dan diganti oleh susunan pergaulan hidup yang lebih adil.
  • Bahwa “kaum bursuasi” itu tidak lebih dari menggali kubur bagi dirinya sendiri.

Begitulah teori-teorinya yang dalam dan berat itu merasuki hingga kedalam tulang sumsum kaum buruh di Eropa dan Amerika. Bukankah sebagai suatu hal yang ajaib, bahwa kepercayaan ini telah mempengaruhi jutaan hati sanubari dengan tidak satupun kekuasaan di planet ini yang dapat menahannya? Sebagai benih yang ditebarkan ke segala penjuru oleh hembusan angin dan tumbuh dimana ia jatuh, maka benih Marxisme ini telah berakar dan bersulur. Dimana-mana pula para kaum bursuasi bersama-sama menyiapkan diri dan berusaha membasmi tanam-tanaman “bahaya proletar” yang semakin lama kian subur.

Benih yang ditebarkan di Eropa itu, sebaian telah terbawa oleh topan zaman ke arah katulistiwa, menuju timur, hingga akhirnya jatuh dan tumbuh diantara bukit-bukit dan pegunungan yang tersebar di segenap “Kepulauan Sabuk Zamrud”, yang bernama Indonesia. Dengung nyanyian “internasionale”, yang dalam kesehariannya menggetarkan udara barat, begitu dahsyatnya hingga bergaung dan berkumandang di udara timur…….

baca selengkapnya....