Sabtu

MARXISME VI

(Sumber: Dibawah Bendera Revolusi)


Dengan jalan yang masih jauh dari sempurna, kita mencoba untuk membuktikan bahwa paham Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme di negeri jajahan adalah saling melengkapi satu dengan yang lain. Dengan jalan yang masih jauh dari sempurna, kita menunjukan teladan dari pemimpin-pemimpin di negeri lain. Namun kita yakin bahwa kita dengan jelas menunjukan kemauan untuk menjadi satu. Kita yakin bahwa pemimpin-pemimpin Indonesia semuanya telah sadar akan pentingnya persatuan yang akan membawa kearah kebesaran dan kemerdekaan. Dan kita yakin pula bahwa, walaupun pikiran kita tidak dapat untuk memenuhi semua keperluan dan kepentingan dari masing-masing pihak, ia menunjukan bahwa persatuan dapat tercapai. Sekarang tinggal menetapkan saja organisasinya, bagaimana organisasi itu dapat dibentuk? Cukup dengan mencai organisatonya, yang menjadi Mahatma Persatuan. Apakah Ibu Pertiwi, yang memeliki putra-putra sebagai Oemar Said Tjokroaminoto, Tjipto Mangunkusumo, dan Semaun…… apakah Ibu Pertiwi tidak memiliki pula putra yang dapat menjadi Juara Persatuan itu?

Kita tidak hanya ingin menerima, melainkan dapat pula memeberi. Inilah rahasianya persatuan itu. Persatuan tidak tercapai bila masing-masing pihak tidak mau saling memberi walau hanya sedikit.

Dan jika kita semua sadar bahwa kekuatan hidup itu terletak tidak dalam menerima, melainkan dalam memberi; Jika kita semua sadar bahwa di dalam percpecahan itulah terletak benih perbudakan kita; Jika kita semua sadar bahwa permusuhan itulah asal mula kita punya “via dolorosa”; Jika kita semua sadar bahwa roh rakyat kita masih penuh dengan kekukatan untuk mengangkat diri menuju Sinar Yang Satu yang berada ditengah-tengah kegelapan yang mengelilingi kita…….. maka pastilah persatuan itu terjadi, dan pastilah sinar itu tercapai.

Sebab sinar itu sudah dekat!

(Suluh Indonesia Muda, 1926)

baca selengkapnya....